Kamis, 15 November 2012

Teori Nature dan Nurture






Telah bertahun-tahun para psikolog menggeluti masalah perbedaan antarmanusia dan mereka terpecah menjadi dua kubu. Kubu yang pertama yaitu nativist, adalah pihak yang menekankan pada gen dan karakteristik dasar (yang ada sejak lahir) atau nature.
Kubu yang lain adalah golongan empiricist yang lebih menitikberatkan proses belajar dan pengalaman, yang disebut nurture.

Edward L. Thorndike (1903), salah seorang psikolog terkemuka pada tahun 1900-an memihak kubu pertama ketika ia membuat pernyataan bahwa “Dalam kehidupan manusia, faktor yang paling menentukan adalah hereditas”. Akan tetapi, peneliti yang sezaman dengannya, yaitu John B. Watson (1925), seorang tokoh behavioris dalam ungkapannya yang sangat terkenal, menyatakan bahwa pengalaman mampu menuliskan segala pesan pada tabula rasa-lembaran putih bersih-sifat dasar manusia.

Konstribusi nature dan nurture membentuk kesamaan maupun perbedaan antarmanusia. Penelitian dalam genetika perilaku (behavioral genetic) berupaya mengungkap konstribusi dari hereditas (faktor keturunan) dan faktor lingkungan untuk menjelaskan perbedaan individual dalam karakteristik manusia.
Hampir semua psikolog dewasa ini memahami bahwa pembawaan hasil keturunan dan lingkungan selalu berinteraksi dan menghasilkan bukan hanya sifat-sifat psikologis, namun juga sebagian besar ciri-ciri fisik. Pertama, gen mempunyai dampak bagi pengalaman kita. Di sisi lain, pengalaman memengaruhi gen. Tekanan stres, pola makan, emosi, dan perubahan hormon dapat memengaruhi gen yang aktif maupun yang tidak aktif pada saat-saat tertentu selama hidup seseorang.
Pentingnya perbandingan hereditas dan lingkungan adalah persoalan besar di antara para psikolog dan masyarakat umum. Saat ini telah jelas bahwa walaupun beberapa gangguan fisik langka 100 persen adalah keturunan, kecenderungan untuk kebanyakan kondisi normal merupakan hasil kekuatan herediter dan lingkungan yang kompleks.




Referensi:
Wade, Carol. dan Tavris, Carol.2007. Psikologi, Edisi Kesembilan, Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga
Hazwanenda, Rizky Khairani. 2010. Gambaran Self Efficacy Penggunaan Kondom pada Pria Homoseksual di Masa Dewasa Muda. Skripsi. Jakarta: Prodi Psikologi Universitas Paramadina
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1999/05/24/ILT/mbm.19990524.ILT95081.id.html
http://m.kompas.com/news/2008.12.12.13584979

Tidak ada komentar:

Posting Komentar